Musibah Pasti Terjadi
Sabar Dalam Menghadapi Musibah

Untuk menguji keimanan seseorang, Allah pasti menurunkan ujian. Bentuknya beraneka ragam. Seperti diterangkan dalam Alquran, "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS al-Baqarah [2] :155). Ujian yang diberikan Allah, bisa jadi juga dengan menimpakan musibah. Hal tersebut untuk menguji sejauh mana rasa sabar dan ketabahan yang mampu ia perlihatkan. Seseorang belum bisa dikatakan beriman, sampai ia diuji dengan berbagai macam persoalan yang disebutkan ayat di atas. Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang Prof Dr Mudjia Raharjo mengisahkan, ia pernah membaca tulisan karya Syekh Abdul Hamid dari Kudus soal musibah yang diturunkan Allah ke muka bumi. Ulama yang pernah menjadi imam besar di Masjidil Haram Makkah dan Masjidil Aqsha Palestina ini menyebutkan ada waktu-waktu tertentu di mana Allah SWT menurunkan musibah kepada umat manusia. "Waktu Desember tahun 2000, saya dikejutkan oleh karya beliau. Memang betul, dalam bukunya tertulis bahwa setahun sekali itu turun yang namanya bencana atau musibah. Waktunya di hari Rabu pada terakhir bulan safar," kata memaparkan saat diwawancara Republika, Selasa (6/1). Ia juga menuturkan, hari Rabu terakhir di bulan Safar adalah waktu ketika Rasulullah SAW jatuh sakit. Bulan selanjutnya, Rabiul Awal adalah waktu hari-hari terakhir Rasulullah SAW sebelum wafat. Tepat tanggal 12 Rabiul Awal, Rasulullah SAW berpulang ke Rahmatullah. "Jadi kita dianjurkan untuk berdoa dan memohon kepada Allah untuk terhindar dari musibah dan bencana itu," katanya memaparkan. Di samping itu, Mudjia membedakan antara azab dan musibah. Menurutnya, istilah azab berbeda dengan musibah. Dari segi waktu, musibah adalah apa yang diberikan Allah ketika di dunia. Sedangkan azab adalah istilah lain dari siksa yang ditimpakan Allah ketika di akhirat. Awal dari akhirat adalah alam kubur. Jadi, di dalam kubur, azab ini sudah bisa ditimpakan Allah kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. "Jadi bedanya (musibah dengan azab) ini adalah di dunia dengan di akhirat," kata Mudjia menjelaskan. Lebih lanjut ia menerangkan, musibah sebenarnya satu kategori dengan azab. Sebenarnya pada umat terdahulu (sebelum umat Nabi Muhammad SAW), azab ini pernah diturunkan Allah. Bentuk dari azab bagi umat terdahulu, ada berbagai macam musibah. Di antaranya, ada berupa bencana alam yang sangat besar. Namun sesudah Nabi Muhammad SAW, musibah yang berkategori azab ini tidak lagi ditimpakan Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad. "Nabi Muhammad mengusulkan kepada Allah, agar umatnya tidak lagi disiksa dengan cara dipertontonkan di muka bumi seperti umat terdahulu. Maka segala macam bencana yang terjadi saat sekarang ini, itu semua tergolong pada ujian saja," kata dia memaparkan.